Thursday, February 21, 2013

Kenapa Jakarta Sering Banjir..?



Halo kawans.. diantara kamu mungkin sudah ada yang tahu, tapi mungkin juga masih ada yang belum tahu. Salah satu penyebab banjir yang kerap menghantam Jakarta adalah eksploitasi air tanah secara berlebihan, yang berakibat pada penurunan tanah sehingga daratan menjadi lebih rendah daripada laut.
Penggunaan air bawah tanah di Jakarta sudah melampaui batas kewajaran. Ini disebabkan semakin banyaknya kawasan industri di Jakarta yang menggunakan air bawah tanah tanpa bisa dikontrol oleh pemerintah. PDAM sendiri tidak bisa berbuat banyak dalam pemenuhan kebutuhan air bagi masyarakat. PDAM hanya mampu memenuhi kebutuhan air penduduk sebanyak 295,6 juta m3 per tahun.
PDAM sudah mengeluh sejak lama tidak bisa memasok air ke masyarakat karena keadaan alat pendukung sudah tidak memadai. Alat-alat PDAM sudah digunakan sejak zaman belanda, maka wajar saja jika banyak yang bocor.
Kebutuhan air di Jakarta saat ini sebanyak 547,5 juta m3 per tahun. Hitungan tersebut mengacu jika per orang menggunakan air sebanyak 150 liter per harinya, dengan estimasi penduduk Jakarta pada tahun 2010 sebesar sepuluh juta jiwa.

Source: www.takunik.blogspot.com

Tempe di Jerman


Halo Kawans, tahukah Kawans semua bahwa Di kota Berlin, Jerman, yang sangat multikultur, mencari makanan Asia tidaklah sulit. Misalnya saja di kawasan Wedding, yang merupakan salah satu daerah imigran yang didominasi berbagai bangsa di Asia. Toko-toko Turki dan Asia lainnya menjual berbagai bahan makanan sehari-hari yang serupa dengan yang biasa para imigran kenal di kampung halamannya. Ini obat kangen untuk mereka.
Toko Vinh Loi di Seestrasse, adalah toko yang tiap hari ramai kedatangan pembeli. Mereka kebanyakan orang Asia yang mencari cabai keriting, bayam, sampai kacang panjang. Selain itu banyak juga orang Jerman yang gemar berburu makanan Asia. Tapi jangan pernah berfikir bahwa harganya sama seperti di Negara asalnya. Sebagai contoh, satu tempe ukuran batu bata 400gr dibandrol 1,79 Euro atau setara Rp 28.319. Harga tempe di Jerman juga nyaris sama dengan sekilo paha ayam yang dibandrol 1,99 Euro.
Kok bisa..?! Ya, impor adalah salah satu faktor kenapa bahan makanan Asia harganya lebih mahal. Namun ternyata, tempe di Jerman sudah tidak diimpor dari Indonesia lagi. Jerman sudah membuat sendiri tempe mereka dengan nama yang sama, yaitu Tempe. Tempe dibuat oleh perusahan lokal Jerman yaitu Natural Vegetarian Food b.v. Ternyata, sekarang bukan batik khas Indonesia saja yang sudah diproduksi oleh perusahaan tekstil lokal di Cina..

Source: www.takunik.blogspot.com

Wednesday, February 20, 2013

DESA WISATA SROWOLAN


Desa Wisata Srowolan terdiri atas tiga Padukuhan, yakni Padukuhan Gatep Srowolan, Karanggeneng, dan Gandok Kadilobo. Semuanya masuk dalam wilayah Desa / Kalurahan Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa wisata Srowolan memiliki kisah menarik yang mungkin tidak dimiliki desa wisata lain. Di desa ini terdapat Pasar Perjuangan Srowolan. Dinamakan demikian karena memiliki peran yang besar di masa pejuangan fisik ketika Indonesia tengah merebut kedaulatan di tahun 1942 – 1945. Pada masa itu banyak pasar tradisional mati atau kosong karena ditinggalkan penduduk. Bahkan desa – desa atau dusun juga banyak yang kosong karena ditinggalkan penduduk yang mengungsi menghindari peperangan. Pasar yang didirikan sejak tahun 1921 dan menempati tanah kesultanan ini sampai sekarang masih menampakkan wujud ketradisionalannya. Para pengunjung desa wisata ini dapat menikmati Sanggar Budaya Sayuti Melik, yang merupakan tokoh perjuanmgan yang mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sayuti Melik lahir di desa ini.
Desa ini sangat cocok untuk wisata keluarga. Berbagai macam aktivitas pedesaan dan fasilitas tantangan dengan suasana pedesaan, terdapat persawahan yang elok, suara gemericik air sungai, dan berbagai macam kicauan burung yang menenangkan pikiran, meninggalkan kepenatan kota. Desa ini juga memiliki Mata Air Belik Nyamplung, Belik Kepepet, dan Belik Kemantren. Ketiga belik ini merupakan sumber pengairan dan keperluan hidup masyarakat setempat. Desa ini juga kental dengan tradisi pertaniannya. Jika berminat, anda juga bisa menangkap ikan menggunakan tangan. Fasilitas lain, pengunjung dapat melihat kebun salak, pemancingan, sarana outbond. Tak ketinggalan kuliner tradisional dan pertunjukan kesenian tradisional juga tersedia.

Source: Tribun Jogja, 14/02/13, hal.10

Tuesday, February 12, 2013

PERJALANAN KE GUNUNG SALAK




Pendakian gunung Salak ini dilakukan pada awal Desember 2007 silam. *Wah udah lama juga ya.. personil pendakian ada 6 orang, Saya Muhammad “Cengek” Nur Tajalli, Deddy “Kingkong” Affrianto, Syakir “Saprol”, Bambang “Betet” Kristyawan, Heri “Bawor” Budi Santoso, Sapto “Kebo” Nugroho. Setelah melalui segala macam persiapan, akhirnya pada tanggal 5 Desember 2007 kami mulai perjalanan ini. Perjalanan ini dalam rangka pendidikan (pemantapan divisi Hutan Gunung) saya di MAPALISTA (Mahasiswa Pecinta Alam Institut Sains dan Teknologi Akprind) Yogyakarta. Adapun materi yang diterapkan di lapangan yaitu Manajemen Perjalanan dan Navigasi Darat. Sebelum berangkat kami melakukan upacara pelepasan di kampus IST Akprind Yogyakarta. Setelah upacara selesai, seperti biasa.. tos dengan beramai – ramai menyerukan “MAPALISTA...WOY....!!”. Pukul 20.25 WIB kami diantar menuju stasiun Lempuyangan, lima menit saja kami sudah berkumpul di stasiun dan langsung membeli tiket kereta Gaya Baru Malam dengan tujuan staiun Jatinegara seharga Rp 28.000,-/orang. *Dulu beli tiket masih gampang, bisa beli di hari keberangkatan, kalo sekarang harus pesen dulu kalo ga mau kehabisan. Tapi kalo sekarang penumpang pasti dapat tempat duduk, kalo dulu belum tentu.. yah, ada plus-minusnya lah.. Kereta yang kami tumpangi berangkat pukul 21.10 WIB. Di dalam kereta yang berdesak – desakan, kami berjalan menuju gerbong paling belakang dan duduk lesehan di pojok gerbong.
Kamis, 6 Desember 2007 kami tiba di stasiun Jatinegara pada pukul 08.30 WIB. Memang sudah direncanakan kami mau mampir dulu di rumah kerabat kami Prima “Cebong” Tetuko Putro. Kami dijemput kerabat dari Bekasi, namanya Zoel dan langsung dibimbing menuju Wisma Asri dengan angkot k-09. Di sana kami belanja tambahan logistik yaitu sayur, tempe, ikan asin, dan buah – buahan. Setelah seharian bersosialisasi, pukul 20.15 WIB kami  mulai perjalanan menuju titik start pendakian (via Cangkuang Cidahu). Dari Wisma Asri kami naik angkot 09B, 30 menit kemudian turun di mall Metropolitan dengan ongkos Rp 3.000,-/orang. Kemudian jalan ke depan Ramayana, nyebrang lampu merah, lalu naik bis patas 9B jurusan Bekasi – Rambutan, 25 menit kemudian kami turun di depan kampus UKI (Universitas Kristen Indonesia), ongkos Rp 3.000,-/orang. Dari depan kampus UKI kami jalan ke terminal Cawang 5 menit. Kemudian naik bis jurusan Cawang – Sukabumi. Setelah 2 jam lebih 5 menit kami turun di pasar Cicurug dan membayar ongkos Rp 7.000,-/orang.
            Pukul 23.45 WIB di pasar Cicurug kami langsung dikerumuni tukang ojeg, namun karena ongkosnya tidak sesuai budged akhirnya kami berjalan dulu. Begitu ada angkot, kami menyetopnya dan lobi – lobi untuk carter dan deal dengan ongkos Rp 50.000,- diantar ke halycap atau portal (titik start pendakian). Namun baru jalan sebentar kami langsung dicegat salah satu tukang ojeg tadi, ternyata minta jatah karena sudah bukan waktunya angkot beroperasi, yah kita kasih Rp 10.000,-. Tiba di halypad saya langsung melirik jam di tangan ternyata sudah pukul 00.03 WIB, hmm berarti sudah hari Jum’at, 7 Desember 2007. Kami langsung berjalan lurus melewati bumi perkemahan dan mendirikan tenda dome di dekat warung yang tidak jauh dari sungai kecil. Dan langsung tidur di 01.45 WIB.
Pukul 07.30 WIB saya bangun, cuci muka dan masak nasi, untuk sayur dan lauk pauk adalah bagiannya Bawor dan Kingkong. Kemudian saya melakukan orientasi medan namun belum menemukan titik koordinat bumi perkemahan tempat kami nge-camp. *Maklum peserta mainnya manual, pake kompas, yang pake GPS hanya Pendamping Lapangan. Setelah masakan selesai kamipun makan bareng, dan selesai makan langsung packing. Setelah berdo’akami memulai pendakian di pukul 10.30 WIB melewati jalan aspal dengan jalur yang bervariasi (menanjak, datar, menurun). Setelah 1 jam berjalan, kami tiba di sebuah jembatan, terdapat juga portal di jalan aspal yang menuju ke Javanaspa (jalan ini dilarang untuk pendakian). Kami bertemu dengan penduduk setempat dan mendapat info bahwa baru saja ada 6 orang pendaki yang meninggal di kawah Ratu, dan kami diperingatkan agar tidak mendirikan camp di sekitar kawah. Disini saya melakukan orientasi medan dan ploting peta karena jembatan tersebut dapat dikenali di peta dengan koordinat 8942.5406. Kemudian kami berjalan ke kiri melewati jalan tanah berbatu, di situ ada plang bertulis “menuju ke kawah”. Di sekitar jembatan terdapat air bersih. Jalan yang kami lewati berupa tanjakan berbatu dan terdapat kawat berduri di sisi jalan.  Setelah 28 menit melalui jalan yang bervariasi, kami istirahat sejenak. Diketahui koordinat disini 8930.5438, tempatnya tidak terlalu luas namun bisa mendirikan 2 tenda, disini masih banyak semak belukar, kekanan sedikit ada sungai kecil dengan air yang bersih kami anggap tempat ini sebagai pos bayangan. Pukul 13.10 WIB kami melanjutkan perjalanan melalui jalan batu yang tersusun rapi, di kiri jalan banyak pohon pisang hutan.
Di pukul 14.45 kami tiba di sebuah daerah landai terbuka luas, ada sebuah warung yang saat itu tertutup, disini merupakan pertigaan yang jika ke kiri arah ke kawah ratu, ke kanan arah ke puncak, dan di sini merupakan sumber air bersih terahkir dalam pejalanan ke puncak salak 1. Menurut data yang saya peroleh, di sini adalah shelter 3. Setelah melakukan ormed dan resection, di peroleh titik koordinat 8882.5590. Tiba – tiba hujan deras turun, kamipun menuju warung yang tutup tadi dan memutuskan untuk mendirikan flyngcamp di situ. Untuk bahan makanan yang saya temui disana banyak sekali terdapat jantung pisang, bigunia, pakis dan palm. Pukul 19.00WIB kami melakukan evaluasi. Selasai evaluasi semua langsung tertidur pulas.
Sabtu, 8 Desember 2007 saya bangun di pukul 05.45 WIB. setelah masak, makan dan packing, kami melanjutkan perjalanan pukul 08.25 WIB, mengambil jalan ke kanan (arah puncak) yang becek. Di kiri dan kanan tertutup hutan yang rapat. Dua menit berjalan, di kiri jalan terdapat daerah landai yang agak luas, bisa muat sekitar tiga tenda dome, dan masih terdapat aliran sungai. Setelah dua jam lima menit malalui medan yang bervariasi, kita akan melewati jalan yang agak landai tapi sempit. Di kiri jalan merupakan jurang dan dari situ bisa terlihat kawah ratu dalam sudut 337°. Bau belerang pun sangat jelas tercium. Disini kami istirahat lima menit, kemudian melanjutkan perjalanan memlalui hutan yang lebat. Setelah tiga puluh menit berjalan, kami tiba di sebuah puncak dari punggungan yang landai. Dari sana terlihat gunung Sumbul dengan arah 10° dan puncak 2008 dengan arah 53°, titik koordinat 8922.5608. setelah lima menit, kami kembali melanjutkan perjalanan. Perjalanan dilanjutkan melewati turunan dan tanjakan yang semakin terjal. Setelah dua setengah jam berjalan, kami bertemu jalur berupa tebing batu sebanyak tiga kali. Selanjutnya jalan semakin sempit, dan jurang dikiri dan kanan jalan. Pukul 15.07 WIB kami sampai di pertemuan jalur Giriraya, tempatnya datar dan bisa mendirikan 1 tenda dome. Dari sini menuju puncak Salak I hanya sepuluh menit, jalurnya sudah tidak terlalu curam tapi masih melintasi akar pohon dan tanah gembur.

Puncak gunung Salak I sangat luas dan masih banyak ditumbuhi pohon – pohon besar. Jika kita berjalan ke arah Timur, terdapat pondok peristirahatan untuk para peziarah dengan sebuah bak kecil untuk menampung air. tepat di sebelah pondok adalah makam mbah gunung Salak yang nama aslinya Raden K. H. Moh. Hasan bin Raden K. H. Bahyudin Braja Kusumah. Sore itu kami mendirikan flyngcamp ketiga di puncak Salak I. Malamnya setelah evaluasi, kami ngobrol – ngobrol sebentar lalu beristirahat.

Minggu, 9 Desember 2007 saya bangun pukul 05.48 WIB langsung masak nasi dan straiching. Karena target puncak sudah terpenuhi, kami berangkat agak siang setelah makan, packing, sedikit bersih – bersih gunung, dan foto – foto. Diawalai dengan do’a kami mului perjalanan pulang pukul 11.25 WIB melalui jalur Cimelati / Kutajaya yang jalannya tepat di sebelah makam mbah Gunung Salak.  Melewati jalan tanah berbatu dan akar – akaran, dengan vegetasi hutan yang rapat. Tiga puluh menit berjalan tiba di pos 6, disini bisa mendirikan satu tenda. Dilanjutkan dengan jalan yang masih menurun terjal, kurang lebih sama. Nuansa hutan hujan tropis masih sangat kental di gunung Salak masih sangat sering kita mendengar suara – suara hewan. Lima belas menit waktu yang dibutuhkan dari pos 6 ke pos 5. Di pos lima tidak ada tempat untuk mendirikan tenda. Dua puluh menit kemudian kami sampai di pos 4. Di sini bisa mendirikan satu tenda, belum ada air, dan masih dikelilingi hutan yang rapat.

Setelah turun satu jam sepuluh menit dari pos 4, kami sampai di percabangan yang ada pipa airnya. Disini bisa mendirikan dua tenda, masih dikelilingi hutan dan semak. *Sebuah cerita konyol tapi cukup menegangkan saat menyaksikannya, ketika seorang teman yag tengah asyik bercanda tiba – tiba terjatuh dan terguling hingga ke pinggiran sisi jalan yang sempit, sehingga posisinya jadi menggantung. Hahaha.. untung aja masih sempat pegangan pohon – pohon kecil di tepi jalan tersebut, dal lansung dibantu naik oleh teman lain. Dari percabangan kami belok kiri mengikuti pipa air, kemudian melewati jalur yang sangat terjal, jalur berupa batu yang tertimbun tanah namun masih ada akar yang kuat untuk berpegangan. Kami turun dengan teknik climb down. Di sebelah kirinya lembahan blank. Disini terdapat air terjun yang sangat indah, menurut data yang saya dapat disana adalah tempat minumnya macan. Lalu kami turun ke bawah dan menemukan jalan landai berbatu besar – besar, lalu menyebrangi sungai. Satu jam setelah menyebrang kami memasuki jalan setapak, di sebelah kiri jalan ada ternak unggas. Dan lima belas menit kemudian kami memasuki pemukiman penduduk (Desa Kutajaya). Pukul 16.58 WIB kami istirahat di warung, beli softdrink sambil mencari ojeg. Dari desa Kutajaya menuju jalan aspal kami menggunakan ojeg Rp 15.000,- / motor selama 15 menit. Lalu kami mapir ke rumah kerabat di Depok yaitu Thimoer “Klewer” Merit S. Kami naik bis jurusan Sukabumi – Rambutan melewati Ciawi, Bogor, Caringin. Turun di terminal kampung Rambutan sekitar 1 jam, dengan ongkos Rp 7.000,- / orang. Dari kampung Rambutan menuju Depok naik angkot kijang biru no.37 turun di Alfamart Pekapuran ongkosnya Rp 3.000,- / orang. Dari alfamart ke dalam kami naik ojeg. Sayang kamera yang kami bawa mengalami throuble, jadi sangat sedikit photo yang dapat kami ambil.

Thursday, February 7, 2013

ORANG INDONESIA MERESMIKAN MENARA EIFFEL


Halo kawans.. sebagian dari kamu mungkin sudah tahu tentang hal ini, tapi pasti ada juga yang belum tahu. Kamu pasti tahu Menara Eiffel yang selama ini menjadi ikon Paris, ibu kota Prancis. Menara ini ternyata tak lepas dari peran orang Indonesia, khususnya suku Jawa dan Sunda. Kabarnya, orang-orang suku Jawa dan Sunda dikabarkan ikut hadir di Paris pada 1889 lalu, untuk memperingati 100 tahun revolisi Prancis.

Seperti dilaporkan laman Radio Belanda, NRW, peringatan itu ditandai dengan peresmian Menara Eiffel. Orang-orang Jawa dan Sunda didatangkan penguasa Prancis ke Kota Paris untuk mengisi le village Javanais (Desa Jawa) --sebutan pavilyun Belanda-- dalam l’exhibition universelle atau pameran semesta yang saat itu digelar selama enam bulan.
Alat musik khas Jawa dan Sunda, Gamelan, menjadi ikon dalam pameran tersebut. Dentuman gamelan kala itu mampu menarik perhatian masyarakat Eropa. Sejak saat itu, keberadaan gamelan mampu menancapkan pengaruhnya pada musik Barat. Dengan pengaruhnya itu, komponis Prancis Claude Debussy (1862-1918) sukses mendobrak pembaruan pada musik klasik Barat.

Source: www.kokeykhia.blogspot.com
Picture: www.abilco.org

DARI INDONESIA YANG ADA DI LUAR NEGERI


1. Kota di Arizona, USA
Di Maricopa County, Arizona, Amerika Serikat, terdapat sebuah kota bernama Tempe. Tempe terletak di bagian Timur Lembah Phoenix Metropolitan Area, dibatasi oleh Phoenix dan Guadalupe di sebelah barat, di utara Scottsdale, Chandler di selatan, dan Mesa di timur. Tempe adalah lokasi kantor pusat perusahaan US Airways Group, dan kampus Arizona State University tertua dan terbesar.

2. Pemain Bola asal Republik Ceko
Bagi anda para pecinta olahraga sepak bola mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama ini. Karel Piták (lahir 28 Januari 1980) adalah pemain sepak bola asal Republik Ceko.

3. Sungai di Arizona, USA
Sungai Gila adalah anak sungai dari Sungai Colorado, panjangnya 650 mil (1.044 kilometer) terletak di antara New Mexico dan Arizona.

4.Taman Indonesia di Parc Paradisio Conservation Park, Brugelette, Belgium
Taman Indonesia pertama di Eropa ini terletak di Parc Paradisio, Brugelette, Belgia. Kompleks besar taman Indonesia seluas 5 hektar ini sangat langka, unik, sekaligus istimewa. Di taman ini terdapat Puri Agung Shanti Buwana dengan ukuran sebenarnyanya di Bali, berdiri di atas sawah bertingkat ala sawah di Ubud.
Ada juga replika candi Prambanan yang menjulang tinggi, serta bongkahan batu besar berderet ala Gunung Kawi di balik tembok candi.
Di depan gerbang terdapat Rumah Toraja, replika candi Borobudur dan di bagian belakang tampak rumah tradisional Nusa Tenggara Timur, berderet melingkari ujung taman. Selain itu juga diperindah oleh beragam patung, akar pohon tua, dan batang kayu pohon besar, yang telah menjadi fosil dari daerah Banten.

5. Nama Jalan di Maroko
Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca yang merupakan sebuah kota terkenal di Maroko. Sebaliknya, di Maroko juga terdapat nama-nama jalan berbau Indonesia, yaitu Jalan Jakarta. Bahkan nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga dijadikan nama jalan di Maroko.

6. Di Belanda
Pada tanggal 21 April, Belanda tidak memperingati hari Kartini, seperti di Indonesia. Namun demikian nama Kartini cukup dikenal di Belanda sebagai pejuang hak-hak perempuan. Bahkan beberapa kota di Belanda memiliki nama jalan R.A . Kartini.

Utrecht
Di Utrecht Jalan RA Kartini atau Kartinistraat terletak di kawasan tenang dengan perumahan apik dan kebanyakan dihuni kalangan menengah. Jalan utama ini berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Chez Geuvara, Agostinho Neto.

Venlo
Di Venlo Belanda Selatan, RA Kartinistraat berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.

Amsterdam
Amsterdam, ibukota Belanda, juga mengabadikan nama penjuang hak-hak perempuan Jawa di abad 17 itu. Wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.

Haarlem dekat Chris Soumokil
Paling menarik mengamati letak jalan Kartini di Haarlem. Di sana jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokil presiden kedua RMS (Republik Maluku Selatan).

Source: www.aldoisme.blogspot.com

Monday, February 4, 2013

GUNUNG MERBABU



Gunung Merbabu mempunyai ketinggian 3142 m dari permukaan laut. Gunung ini pernah beberapa kali meletus, terakhir pada tahun 1968. Secara adminidtratif terletak antara tiga Kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Salatiga, dan Kabupaten Boyolali. Secara geografis terletak di antara 110°1’ - 110°37’ BT dan 7°8’ - 7°35’27“ LS. Posisi Gunung Merbabu sangat unik karena merupakan deretan gunung yang mengarah ke Utara dengan Gunung Merapi, Gunung Telomoyo, Gunung Gajahmungkur, Gunung Andong, dan Gunung Ungaran.
Pemandangan dari gunung Merbabu
Nama Merbabu berasal dari kata meru yang berarti gunung danbabu yang berarti wanita. Gunung Merbabu berpasangan dengan Gunung Merapi. Gunung Merbabu sebagai gunung wadon sedangkan Gunung Merapi sebagai gunung lanang. Gunung Merbabu merupakan gunung yang sudah tidak aktif (sleeping mountain).
Ada beberapa pantangan yang wajib diketahui para pendaki, diantaranya adalah jangan mengeluh, jangan berbicara kotor, jangan berbuat mesum, jangan buang air besar / kecil sembarangan (pamit-pamit), jangan memasukkan kaki kedalam kawah. Terdapat banyak jalur yang dapat digunakan untuk mencapai puncak Gunung Merbabu, namun hanya tiga jalur yang biasa digunakan oleh para pendaki pada umumnya, yaitu  Jalur Wekas, Jalur Kopeng, dan Jalur Selo.
Jalur yang paling sering digunakan oleh para pendaki adalah jalur  Wekas. Dari terminal Tidar Magelang bisa ditempuh dengan menggunakan bis arah ke Dusun Wekas selama ± 1 jam perjalanan, turun di Gapura Wana Wisata Dusun Wekas. Kemudian dilanjutkan dengan trekking menuju base camp Mitra Indah selama ± 1 jam. Pemandangan yang akan kita jumpai di perjalanan adalah pohon-pohon yang menjulang tinggi. Base camp Mitra Indah berada di ketinggian 1803 m dpl.
Perjalanan dari base camp menuju pos I (2092 m dpl) memakan waktu ± 1,5 jam. Jalur yang dilewati adalah tanjakan dan beberapa tikungan. Dari pos I ke pos II ditempuh ± 1,5 jam. Pemandangan yang indah tidak akan luput dari pandangan mata. Pos II (2518 m dpl) merupakan daerah yang sangat luas, disini terdapat pipa air bocor yang biasanya ditutupi, pendaki biasa mengambil air untuk menambah bekal selama perjalan, dan jangan lupa untuk menutup kembali pipanya. Dari pos II ke pos III (2854 m dpl) ditempuh selama ± 1,5 jam. Dari pos III ke simpang tiga (3097 m dpl) ditempuh selama ± 1,5 jam.
Seorang pendaki dari Sumatera Selatan
Dari simpang tiga pendaki dapat memilih puncak yang akan dituju, apakah Puncak Syarif, Pasar Bubrah, atau Puncak Kenteng Songo. Jika ingin ke Puncak Syarif dapat ditempuh selama ± 10 menit. Perjalanan menuju Pasar Bubrah ditempuh selama ± 50 menit dengan melewati beberapa punggungan dan tebing yang dapat dilalui dengan melintas (traverse) secara bergantian. Dari Pasar Bubrah ke Puncak Kenteng Songo ditempuh ± 5 menit. Pasar Bubrah dan puncak Kenteng Songo merupakan dua bukit yang berdekatan, sehingga sering terjadi kekeliruan. Nama kenteng songo berasal dari kata kenteng yang artinya batu berlubang seperti batu lumpang (penumbuk padi) dan songo yang artinya sembilan. Jadi Kenteng Songo adalah sembilan buah batu berlubang. Di pasar Bubrah (ada juga yang menyebutnya pasar bubar, pasar dieng) terdapat lima buah batu berlubang (kenteng). Sedangkan empat batu lainnya dulu terdapat di bukit sebelahnya yang merupakan Puncak Kenteng Songo (3142 m dpl), namun sekarang batu tersebut sudah hancur tanpa bekas. Inilah hal yang memicu kekeliruan tersebut.
Bagi yang senang atau ingin etafet ke Gunung Merapi bisa turun melalui Jalur Selo selama ± 3 jam 26 menit. Melewati savana, taman edelwis dan hutan yang lebih lebat.
Waktu tempuh bisa saja lebih cepat atau lebih lama sesuai kemampuan dan ketahanan fisik masing-masing.